Komitmen APRIL Memastikan Pasokan Berkelanjutan bagi Asia Pacific Rayon


  • [1], baik dari sumbernya sendiri maupun dari pemasok. Audit assurance tahunan pihak ketiga independen menunjukkan bahwa APRIL telah mematuhi komitmen ini dan terus mengembangkan kebijakan dan praktiknya dalam memenuhi harapan pemangku kepentingan.[2]
  • Semua pasokan kayu APRIL – serta dissolving pulp yang akan dipasok ke APR setelah mulai beroperasi – berasal dari sumber-sumber hutan tanaman industri berkelanjutan yang disertifikasi berdasarkan standar pengelolaan hutan global.[3]
  • Berdasarkan standar kerangka kerja industri termasuk Nilai Konservasi Tinggi (HCV), Stok Karbon Tinggi (HCS) dan penilaian lainnya, APRIL melakukan konservasi atau restorasi sekitar 369.420 hektar hutan di Indonesia, termasuk 150.000 hektar hutan gambut sebagai bagian dari program Restorasi Ekosistem Riau – yang bertujuan untuk mencapai target 1-untuk-1 di mana APRIL melindungi satu hektar hutan konservasi untuk setiap hektar hutan tanaman industri.[4]
  • Beberapa daerah konsesi dan hutan tanaman industri APRIL berada di lahan gambut.[5] APRIL telah berusaha keras untuk secara efektif dan ilmiah mengelola lahan gambut guna menjaga kawasan NKT dan mengawasi tingkat air. Praktik ini terus diperbaiki seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terkait dan hasil penelitiannya mengenai emisi gas rumah kaca.[6]
  • Kelompok Ahli Gambut Independen (IPEWG) dibentuk tahun 2016 bertujuan untuk memberikan rekomendasi berbasis ilmiah mengenai strategi pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab kepada perusahaan.[7] IPEWG terdiri dari enam ahli lahan gambut dari Inggris, Finlandia dan Indonesia. Untuk memandu kerjanya dengan APRIL, IPEWG mengembangkan Roadmap Lahan Gambut[8] yang memiliki tiga komponen utama:
  • Science-based understanding and minimising impacts based on science.
  • Responsible peatland operations designed to minimise fires, optimise yields, improve community livelihoods and minimise subsidence.
    • Pemahaman berbasis ilmiah dan meminimalkan dampak juga berdasarkan ilmiah.
    • Operasi lahan gambut yang bertanggung jawab dirancang untuk menekan angka kebakaran, mengoptimalkan hasil, meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan meminimalkan penurunan muka tanah.
    • Mengembangkan visi lahan gambut jangka panjang berlandaskan kombinasi produksi, restorasi dan rehabilitasi yang dikelola secara bertanggung jawab.
  • APRIL tidak membentuk pabrik pulp baru dan hanya mengubah salah satu jalur produksinya untuk dissolving pulp. Semua pasokan kayu harus sesuai dengan kebijakan keberlanjutannya.
  • Meskipun proses kepemilikan dan pemetaan tanah yang rumit di Indonesia, APRIL tidak memiliki perselisihan sosial yang besar dengan masyarakat. Semua keluhan yang diajukan kepada perusahaan didokumentasikan di Sustainability Dashboard. APRIL bekerja langsung dengan pihak-pihak yang terlibat serta dengan pemerintah untuk menyelesaikan klaim-klaim tanah yang belum terselesaikan.
  • Melalui operasi dan komitmen SFMP, APRIL telah dan akan terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peluang pengembangan bagi komunitas lokal termasuk penciptaan ribuan pekerjaan dan perbaikan dalam infrastruktur masyarakat, pendidikan, serta perawatan kesehatan. Hal ini juga diuraikan dalam Laporan Keberlanjutan APRIL.[9]

Audit terbaru dari implementasi Kebijakan Keberlanjutan APRIL telah diselesaikan oleh KPMG PRI Kanada pada bulan Juli 2018 lalu.[10] Seperti dengan semua laporan assurance APRIL lainnya, temuan ini dipublikasikan untuk mendapatkan tinjauan dari semua pemangku kepentingan, yang selaras dengan komitmen transparansi perusahaan.

APRIL berkomitmen untuk menyediakan konsumen, termasuk APR, dengan 100% produk legal, bersertifikat dan berkelanjutan yang diproduksi di hutan tanaman industri dengan operasi manufaktur kelas dunia. APRIL akan terus melaporkan kemajuan dan tantangan secara transparan dan akan mematuhi persyaratan pemasok APR ketika APRIL mulai memasok dissolving pulp pada tahun 2019 mendatang.

Terlepas dari itu semua, APRIL tetap tertarik untuk terlibat dalam dialog konstruktif dengan Canopy, bersama dengan para pemangku kepentingan dan pelaku industri lainnya, khususnya dalam membentuk visi untuk viscose berkelanjutan yang seimbang, inklusif dan sadar akan kebutuhan, hak dan aspirasi masyarakat lokal di Indonesia.

[1] See: Sustainable Forest Management Policy 2.0, Section I and II

[2]Report on APRIL Group’s Implementation of Sustainable Forest Management Policy 2.0,’ KPMG Performance Registrar Inc., July 2018

[3] See: ‘Report on APRIL Group’s Implementation of Sustainable Forest Management Policy 2.0,’ pp.17-26.

[4]Empowering Development: APRIL Sustainability Report, 2017,’p.6.

[5]Empowering Development: APRIL Sustainability Report, 2017,’p.6.

[6]Empowering Development: APRIL Sustainability Report, 2017,’p.17.

[7]  See: APRIL Sustainability Dashboard, ‘About IPEWG’

[8]  See: APRIL Sustainability Dashboard, ‘Peatland Roadmap’

[9]Empowering Development: APRIL Sustainability Report, 2017,’pp.23-27

[10]Report on APRIL Group’s Implementation of Sustainable Forest Management Policy 2.0,’ KPMG Performance Registrar Inc., July 2018.

 


Sebelumnya
Berikutnya

Arsip