‘Penghargaan Desa Bebas Api’ FFVP, Kesuksesan Masyarakat Riau yang Tanggap Api


mengunduh kajian tahunan yang dilakukan oleh lembaga independen Carbon Conservation di sini.

Diciptakan, diinisiasi dan dikelola oleh APRIL, FFVP dikembangkan sebagai respons terhadap musim kebakaran tahunan yang menghancurkan yang telah merenggut korban jiwa yang signifikan, kerusakan lingkungan dan perusakan properti, serta menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga.

Pada tahun ketiganya, Carbon Conservation telah ditugaskan untuk melakukan kajian independen terhadap Program Desa Bebas Api APRIL, selaras dengan kebijakan berkelanjutan APRIL, khususnya komitmennya untuk mengurangi risiko-risiko signifikan yang secara historis terkait dengan praktik-praktik pembakaran hutan.

Penghargaan  Desa Tanpa Membakar adalah salah satu dari lima tahapan program, di mana desa-desa yang berpartisipasi diberi dana untuk proyek-proyek infrastruktur masyarakat jika mereka tidak membakar untuk membuka lahan.

Laporan Carbon Conservation menemukan bahwa 15 dari 18 desa yang berpartisipasi dalam FFVP pada tahun 2017 menerima hadiah secara penuh. Menurut Manajer Kebakaran & Perlindungan Strategis APRIL Craig Tribolet, kondisi ini menunjukkan peningkatan penerimaan masyarakat akan pentingnya pencegahan kebakaran.

“Penghargaan merupakan indikator penting bahwa masyarakat menerima nilai-nilai dari program ini. Hal ini menunjukkan bahwa elemen-elemen pendidikan dan pengembangan kemampuan dari program telah bekerja yang kemudian mendorong masyarakat untuk mempunyai rasa kepemilikan dan menjadi tahan api,” katanya.

“Penting juga untuk mengakui dukungan pemerintah, yang meningkatkan fokus pada pencegahan kebakaran dan penegakan hukum telah membantu mendorong perubahan perilaku di tingkat desa,” kata Tribolet.

Sejak diinisiasi pada tahun 2014, program ini telah bermitra dengan 27 desa yang diidentifikasi melalui proses penilaian risiko kebakaran, dengan sembilan desa baru ditambahkan pada tahun 2017 sehingga total area yang dicakup oleh proyek menjadi 622.112 hektar yang seluruhnya terletak di Provinsi Riau. Lebih dari 50 desa lainnya dengan profil risiko yang lebih rendah telah berpartisipasi dalam program Masyarakat Peduli Api (Fire Aware Communities) yang berbasis pendidikan.

“Kepemilikan masyarakat terhadap program ini dilihat dari 18 desa yang telah lulus sebagai Masyarakat Tangguh Api (Fire Resilient Communities) pada tahun 2018, yang kemudian memberikan contoh baik bagi masyarakat desa lain,” kata Tribolet.

“Selain mereka berusaha dengan kemampuan diri sendiri yang mana telah membuat perubahan signifikan, masyarakat tetap menjadi bagian dari komunitas pencegahan kebakaran kami yang terhubung melalui aplikasi media digital dan sosial yang mendukung komunikasi dan mendorong berbagi pengetahuan dan sumber daya.”

Dalam meninjau progres proyek, Carbon Conservation menemukan bahwa area lahan yang terbakar menurun dari 390,6 hektar pada tahun 2016 menjadi 159,3 hektar pada tahun 2017, menunjukkan pengurangan sebesar 42,6% dan sebagian kecil dari total area yang tercakup oleh Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) proyek dengan masyarakat desa. Hasil tahun ini juga menunjukkan pengurangan keseluruhan sebesar 97% sejak 2014, ketika 618 dari 352.146 hektar terbakar.

Para pengkaji menambahkan bahwa area yang terkena dampak sebagian besar disebabkan oleh dua kebakaran yang terjadi di daerah terpencil, sebagian besar di luar kontrol desa-desa yang bersangkutan dan sulit untuk ditahan. Terlepas dari insiden tersebut, kondisi ini berarti bahwa kebakaran lain hanya menyumbang 5 hektar area yang terbakar di seluruh program.

Pengkaji mencatat peningkatan yang berkesinambungan dalam praktik pengelolaan kebakaran di tingkat komunitas, pendidikan dan koordinasi dengan komunitas lokal dan sekolah, serta pemahaman yang lebih luas terkait pentingnya strategi-strategi pencegahan kebakaran antara pemerintah daerah dan LSM setempat sebagai faktor yang menentukan keberhasilan. Masing-masing pemangku kepentingan telah berkontribusi terhadap progres menuju lanskap bebas api. Pengkaji juga mengakui peran penting kepala desa dan tim APRIL.

“Pegawai APRIL memainkan sebuah peran yang penting dalam mengoordinasikan dan melanjutkan pelibatan dengan kepala desa dan masyarakatnya masing-masing”, sebagaimana tertulis di laporan tersebut. “Impelementasi dan upaya konsolidasi yang sukses hingga saat ini karena kemampuannya untuk bernavigasi secara efektif dengan kepekaan dan ke-khas-an budaya setempat.”

Kesimpulannya, pengkaji mencatat bahwa hasil kuantitatif dan kualitatif program telah menggambarkan sebuah dampak jangka pendek yang sukses, khususnya Penghargaan, Pemimpin Kru dan Proyek Kesadaran Komunitas yang telah memberikan sebuah dampak yang positif terhadap partisipasi masyarakat.

Kesuksesan di sini akan menjadi sebuah studi kasus untuk komunitas di masa yang akan datang di Riau dan Indonesia.

Tentang Program Desa Bebas Api (FFVP)

Diresmikan pada bulan Juli 2015, Program Desa Bebas Api merupakan sebuah proyek pencegahan kebakaran di Riau, Indonesia, didirikan melalui kolaborasi yang erat dengan masyarakat lokal dan kemitraan dengan LSM, pemerintah, kepolisian, TNI dan Badan Penanggulangan Bencana Riau, untuk mengatasi penyebab kebakaran yang mendasar melalui sebuah proses sosialisasi, pendidikan, dan peningkatan kesadaran terkait dampak negatif pembakaran lahan. FFVP merupakan tahap kedua dari program tiga tahap yang dirancang untuk mendukung komunitas dalam mengembangkan kemampuan sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, tanpa menggunakan api sebagai sebuah alat untuk merambah dan mempersiapkan lahan. Ketiga tahap tersebut antara lain:

  • Masyarakat Peduli Api (FAC): Sosialisasi awal dan pelibatan komunitas sebelum memasuki FFVP, berfokus pada pembangunan hubungan dan inisiatif seperti program kepedulian di sekolah. Saat ini, terdapat 50 desa di seluruh Riau berada pada tahap ini.
  • Program Desa Bebas Api (FFVP): Terdiri dari lima area proyek (lihat di bawah) yang berlangsung selama lebih dari dua tahun, tahap ini berfokus untuk mendidik, mempersiapkan dan mendukung desa yang diawali dengan bantuan keuangan dan sebagainya untuk mengadopsi praktik pertanian Tanpa Bakar. Saat ini, sembila desa berpartisipasi secara aktif pada tahap ini di FFVP.
  • Masyarakat Tangguh Api (FRC): Terdiri dari desa-desa yang telah ‘lulus’ dari program FFVP dan tidak masuk kedalam kategori yang berhak menerima bantuan keuangan, namun tetap terus memiliki kegiatan dengan APRIL (termasuk dukungan untuk Pemimpin Kru lokal). Untuk pertama kalinya 18 desa telah mencapai tahap ini.

Program Desa Bebas Api memiliki lima elemen:

  • Penghargaan Desa Bebas Api: Memberikan insentif kepada desa untuk meninggalkan metode pertanian tradisional yang menggunakan api sebagai alat untuk membersihkan dan mempersiapkan lahan, dengan memberikan penghargaan berupa dana untuk proyek infrastruktur kepada masyarakat yang terbukti tidak membakar lahan.
  • Pemimpin Kru Desa: Merekrut individu-individu dari masyarakat lokal sebagai kontraktor APRIL yang bertindak sebagai pendorong pencegahan kebakaran dan spesialis pemadam kebakaran di tingkat desa. Peranan ini mencakup pengawasan kebakaran, pelaporan dan diskusi ilmu pengetahuan/pelatihan yang diberikan kepada mereka oleh APRIL.
  • Bantuan Pertanian: Hal ini meliputi bantuan untuk mengadopsi berbagai cara alternatif pertanian yang berkelanjutan, termasuk penggunaan alat pembersihan lahan mekanis dan metode Tanpa Bakar, untuk aktivitas pengelolaan lahan. Hal ini juga meliputi bantuan dalam bentuk pendidikan, peralatan, pendanaan dan tenaga kerja.
  • Masyarakat Sadar Api: Meningkatkan kepedulian atas bahaya penggunaan api dalam membersihkan lahan, serta dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat. Bersinggungan dengan program Masyarakat Peduli Api, program ini bertujuan untuk mencapai sosialisasi dengan jangka yang lebih panjang dan mengubah sikap/kebiasaan masyarakat.
  • Pemantauan Kualitas Udara: Pemasangan tujuh detector PM10 pada tahun 2016 untuk secara rutin memantau kualitas udara di daerah Riau dan sekitar konsesi APRIL.

Anda bisa mengunduh Laporan Tahunan FFVP disini.

Tentang Carbon Conservation

Carbon Conservation adalah sebuah perusahaan swasta yang didirikan pada tahun 2007 di Australia, dan saat ini bermarkas di Singapura. Perusahaan ini memiliki spesialisasi di bidang konservasi, keberlanjutan dan pendanaan lingkungan. Carbon Conservation memperkenalkan pengurangan emisi dunia pertama dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) kredit karbon kepada pasar dengan sebuah proyek dari Australia, sebagai bagian dari Skema Ramah Gas Rumah Kaca, menjual kredit karbon kepada perusahaan besar global Rio Tinto Alumunium. Carbon Conservation lebih sering dikenal dengan Proyek 50,000 ha Ulu Masen Ecosystem Deforestation di Aceh, Indonesia, yang memenangkan penghargaan Carbon Finance Deal of the Year. Perusahaan ini juga menjadi subjek dalam sebuah film dokumenter yang memenangkan penghargaan “The Burning Season”, yang dinarasikan oleh Hugh Jackman, menjelaskan tentang bagaimana konservasi orangutan dan menghindari deforestasi dapat dikaitkan secara bersamaan untuk menghasilkan alternatif bagi insentif moneter.

 

Tentang APRIL

Grup APRIL adalah sebuah produsen fiber, pulp dan kertas terkemuka dengan operasi pabrik di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, Indonesia. APRIL adalah pelopor dalam implementasi praktik terbaik keberlanjutan pada industri pulp dan kertas di Indonesia, termasuk pengurangan deforestasi di rantai pasokan. Grup APRIL bekerja untuk mengonservasi, melindungi dan merestorasi satu hektar hutan bernilai konservasi tinggi untuk setiap hektar konsesi hutan tanaman. Saat ini, Grup APRIL mengonservasi lebih dari 250,000 hektar dan 150,000 hektar restorasi ekosistem. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.aprilasia.com dan ikuti Twitter @aprilpulp.


Sebelumnya
Berikutnya

Arsip