Mempercepat Progres SDGs 15 melalui Restorasi Ekosistem


Resposible Business Forum di Singapura tentang program restorasi ekosistem dan bagaimana program tersebut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-15: Ekosistem Daratan – Restorasi Hutan dan Keanekaragaman Hayati. Berikut adalah poin-poin sambutannya dalam sesi loka karya pada Forum tersebut.

Restorasi Eksostem Riau, atau RER, adalah salah satu program paling menarik yang pernah saya ikuti, dan di mana saya adalah Kepala Operasional yang bertanggung jawab atas restorasi 150.000 ha lahan hutan hujan tropis dataran rendah di Sumatera bagian tengah, sekaligus memimpin sebuah tim yang beranggotakan 170 orang.

Program yang dimulai pada tahun 2013 ini bertujuan untuk mempromosikan hutan yang dikelola secara berkelanjutan guna membantu penghentian degradasi hutan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati. Tujuan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-15: Ekosistem Daratan, dan juga beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan  lainnya. Meskipun RER telah diimplementasikan sebelum SDGs diresmikan, kini tersedia pemahaman bersama serta standar pengukuran pencapaian SDGs yang berlaku universal.

Misi kami: Melindungi, Menilai, Merestorasi dan Mengelola

Dalam merestorasi bentang alam ini, kami dipandu oleh sebuah misi yang jelas untuk “Melindungi, Menilai, Merestorasi dan Mengelola” areal yang menjadi tanggung jawab kami. Kami melakukannya melalui model produksi-perlindungan, dimana hutan tanaman industri melingkari dan berfungsi sebagai penyangga pelindung untuk kawasan restorasi hutan. Hal ini meningkatkan kemampuan kita untuk melindungi dan mengelola hutan tropis di kubah-kubah gambut yang berada di tengah Semenajung Kampar.

Progres program hingga saat ini didasarkan oleh tiga faktor penting: penerimaan masyarakat, pembiayaan jangka panjang dan kemitraan.

Membangun kepercayaan dengan masyarakat yang terus bergantung pada hutan sebagai mata pencaharian adalah tugas yang tengah berlangsung dan merupakan kunci untuk melindungi dan merestorasi keanekaragaman hayati di kawasan ini. Lebih dari 17.000 orang tinggal di sembilan desa sepanjang Sungai Kampar yang berbatasan dengan bagian selatan dari Semenajung Kampar. Mayoritas penduduk adalah etnis Melayu, sedangkan sisanya adalah campuran Minang, Bugis, Nias, Batak, Jawa, dan Sunda.

Beberapa keluarga memiliki ketergantungan langsung pada hutan dan di Semenanjung Kampar. Serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, keterlibatan kami dengan masyarakat di wilayah ini mencakup melaksanakan diskusi-diskusi langsung mengenai kegiatan yang dapat didukung secara berkelanjutan, seperti penangkapan ikan atau pertanian, sekaligus mengurangi hal-hal yang berpotensi mendegradasi hutan dan keanekaragaman hayatinya.

Produksi untuk Perlindungan

Kedua, program ini dibiayai dengan baik dan memungkinkan implementasi penuh dari lisensi restorasi 60 tahun yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Invetasi awal APRIL selama 10 tahun senilai USD 100 juta memungkinkan tim RER untuk fokus pada misinya. Ketika berbagai inisiatif serupa lainnya harus berjuang karena ketidak pastian dana, dukungan APRIL tersebut berarti bahwa kami memiliki keuangan yang memadai untuk menutupi biaya operasional RER.

Kondisi ini juga menunjukkan manfaat dari model produksi-perlindungan di mana operasi komersial di sekitar area restorasi kami tidah hanya memberikan perlindungan, namun juga secara efektif mendanai pemulihan ekosistem dan perlindungan hutan. Sementara inisiatif serupa meninjau peluang-peluang dalam perdagangan karbon, ekowisata, pendanaan donor atau promosi perdagangan hasil hutan non-kayu, pengalaman kami menunjukkan bahwa model ekonomi untuk restorasi ini adalah yang paling andal, konsisten, dan efektif yang pernah kita lihat di Indonesia, terutama mengingat banyaknya sumber daya yang dibutuhkan untuk pengelolaan aktif dari program yang tengah berjalan ini.

Kemitraan 

Ketiga, RER memiliki mitra-mitra kompeten, yang berkontribusi dalam pengembangan proyek-proyek keanekaragaman hayati yang siginifikan serta penilaian ambang batas karbon, penilaian penggunaan lahan strategis serta dialog-dialog multipihak, dan pelatihan para petani secara terfokus dan implementasi teknik-teknik pertanian tanpa pembakaran untuk mengintensifkan produksi tanaman pangan dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Untuk memberi pemahaman atas kala proyek ini, Laporan Keanekaragaman Hayati pertama RER mencatat 72 spesies mamalia dan mengonfirmasi adanya lima dari enam spesies kucing Sumatera termasuk 15 dari spesies yang tercatat terancam punah secara global dengan dua – Hariamau Sumatera dan Trenggiling – terdaftar sebagai Terancam Punah. Inventarisasi tanaman mencatat 112 spesies pohon dan 40 spesies non-pohon; inventarisasi burung mencarar 220 spesies burung dari 53 famili; dan inventarisasi amfibi dan reptil secara berurutan mencatat 14 dan 61 spesies. Sebuah laporan terbaru tentang kehidupan burung di Semenanjung Kampar memperbarui jumlah spesies yang ada saat ini menjadi 299 spesies.

Partisipasi Aktif

Diskusi hari ini adalah tentang bagaimana kita dapat mempercepat progres. Menurut kami, mempercepat progres dapat dicapai melalui pelibatan pemerintah, masyarakat dan mitra, dan melalui sebuah pendekatan produksi dan perlindungan jangka panjang yang seimbang. Melalui pendekatan ini, kami dapat menjaga pengelolaan aktif di lapangan yang merupakan kunci untuk setiap upaya konservasi. Memiliki sebuah kehadiran fisik yang ‘aktif’ memungkinkan kami merespon pengaruh-pengaruh harian dan musiman dan untuk mencegah kebakaran atau perambahan. Perlu dicatat bahwa selama lebih dari dua tahun terakhir tidak ada insiden kebakaran dan perambahan di kawasan RER.

Hal ini juga tentang memastikan bahwa konservasi dan perlindungan merupakan sebuah bagian strategi holistik pengelolaan hutan berkelanjutan. Dalam kasus APRIL, yang melaksanakan pendekatan 1-untuk-1, yang mana bertujuan untuk mengkonservasi atau melindungi satu hektar lahan hutan untuk setiap hektar hutan tanaman industri. Restorasi Ekosistem Riau berkontribusi terhadap tujuan ini, yang kini telah terealisasi lebih dari 80%.


Sebelumnya
Berikutnya

Arsip