Bagaimana Restorasi Ekosistem Riau Menghadapi Tantangan Restorasi


komitmen APRIL mengkonservasi satu hektar lahan untuk setiap hektar yang ditanam, di bawah izin restorasi ekosistem selama 60 tahun yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hingga saat ini, upaya APRIL telah mencapai 83% dari targetnya dengan lebih dari 400.000 hektar lahan hutan dilindungi dan dikonservasi. Pada tahun 2015, APRIL menginvestasikan USD100 juta untuk konservasi dan restorasi dalam jangka panjang.

Pada awal berdirinya empat tahun lalu, RER dimulai dengan melindungi dan merestorasi 20.000 hektar hutan gambut di Semenanjung Kampar, Riau. Pada COP-21 tahun 2015 di Paris, APRIL mengumumkan perluasan RER hingga 150.000 hektar yang mencakupi Pulau Padang, yang juga berada di Provinsi Riau. Mitra-mitra seperti Fauna & Flora International (FFI), The Nature Conservancy (TNC) and LSM sosial lokal BIDARA, memberikan keahlian sosial dan ilmiahnya terkait pelaksanaan program ini, dan kami akan terus bekerja dengan organisasi-organnisasi terkemuka  seperti mereka.

Semananjung Kampar, khususnya, menjadi penting sebagaimana telah diakui oleh by BirdLife International, the International Union for Conservation of Nature (IUCN), the Wildlife Conservation Society (WCS), dan WWF secara berurutan sebagai sebuah Kawasan Burung Utama/Important Bird Area (2004),  Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama/Key Biodiversity Area (2006), dan Kawasan Konservasi Harimau/Tiger Conservation Area (2017).

Lebih lanjut, The Nature Conservancy mencatat pada tahun 2017 bahwa 344.000 hektar blok hutan gambut di Semanajung Kampar merupakan hutan gambut terluas di Riau saat ini, di mana kualitasnya dijaga dan terus membaik dan memberikan sebuah hubungan penting antara blok-blok hutan alam yang tersisa di Riau dan kawasan Konservasi Satwa Liar Kerumutan (Kerumutan Wildlife Conservation).

APRIL Dialog berbincang dengan Bradford Sanders dari RER, mengenai program, progres yang telah dicapai dan pentingnya keterlibatan masyarakat.

RER berbicara mengenai restorasi ekosistem sebagai sebuah proses empat tahap. Dapatkah Anda menjelaskan lebih lanjut mengenai hal tersebut?

Melindungi, menilai, merestorasi, dan mengelola, begitu lah urutannya. Pertama, bentang alam perlu untuk dilindungi dari ancaman-ancaman pembukaan lahan baru atau degradasi yang dapat menimbulkan dampak-dampak lainnya. Selanjutnya adalah penilaian atas ekosistem dan lingkungan sosial yang mana menginfomasikan tahap ketiga, strategi restoasi dan pekerjaan mengenai hidrologi, tumbuhan asli dan spesies-spesies satwa liar. Tahap akhir adalah proses pengelolaan bentang alam secara terus menerus untuk memastikan keberlanjutan dari sumber daya alam di area konsensi.

Jadi, berada pada tahap mana RER saat ini?

Ini merupakan proses konstan dan tidak linear. Seluruh tahapan sedang berlangsung di sejumlah area berbeda dalam 150.000 hektar. Perlindungan hutan diterapkan di seluruh area RER dengan mencegah penebangan liar, pembalakan, dan pembakaran. Karbon, masyarakat, dan penilaian-penilaian keanekaragaman adalah proses yang tengah dilakukan dengan mmitra kami, FFI, yang telah menyelesaikan tiga dari lima area konsensi dengan total luas 92.507 hektar.

Restorasi hidrologi dimulai pada tahun 2015 dengan ditutupnya sejumlah kanal lama yang tidak dikelola atau ilegal, dan akan berlanjut hingga semua kanal ditangani.

Rencana Aksi Restorasi tengah dirancang untuk spesies satwa liar dan tumbuhan tertentu, termasuk habitat tepi pantai.

Manajemen adalah kebutuhan yang terus diperlukan. Misalnya, saat ini RER tengah mengembangkan Kelompok-Kelompok Perikanan yang mengawasi dan mendokumentasi hasil tangkapan ikan, sehingga tren dapat dianalisis untuk mengembangkan sejumlah rencana terkait peningkatan populasi ikan.

Tahap penilaian sangat penting dalam menetapkan tolak ukur. Apakah hal ini berarti setiap proyek restorasi memiliki keunikan atau caranya masing-masing?

Ya, sejumlah aktivitas restorasi disesuaikan untuk sumber daya tententu berdasarkan kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan di masa mendatang.

Apakah terdapat sejumlah aturan umum yang dapat diterapkan pada sebuah proyek restorasi?

Sebuah peraturan yang sangat penting adalah perlunya keterlibatan pemangku kepentingan secara luas, baik dari masyarakat lokal maupun ahli ilmiah. Selain itu, dalam semua kasus, restorasi harus disesuaikan dengan lokasi spesifik dan dipantau secara terus menerus, dinilai, dan diperbarui berdasarkan hasil penilaian.

Kami juga perlu untuk mengakui bahwa restorasi membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan, dalam jangka panjang dan terjamin. Sejumlah hasil tidak muncul secara cepat dan membutuhkan konsistensi dalam penerapannya.

Apakah dapat diketahui berapa jangka waktu untuk merestorasi sebuah hutan? Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut?

Jangka waktunya bisa sangat bervariasi, tergantung pada titik awal dan tentu saja yang paling penting, tingkat degradrasi.

Faktanya, sebuah hutan hujan tropis dapat pulih dengan sendirinya, contohnya setelah letusan gunung berapi, dalam 80 hingga 120 tahun, jika terjadi gangguan serupa. Restorasi aktif dapat mempercepat proses dan jangka waktu secara teoritis atau mengarahkannya pada jalur tertentu.

Seberapa penting masyarakat dalam sebuah proyek restorasi?

Pengetahuan masyarakat setempat dan penerimaan upaya-upaya restorasi yang institusional merupakan hal yang penting. Jika tidak, maka akan muncul gangguan-gangguan lainnya dan menunda upaya-upaya restorasi dan pemulihan tersebut.

Kolaborasi antara manajer restorasi lahan dan masyarakat penting untuk memastikan masyarakat akan terus memiliki akses terhadap sumber daya yang mereka butuhkan dari hutan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Apa saja tantangan-tantangan operasional dalam merestorasi hutan di lahan gambut?

Kami memiliki daftar panjang mengenai tantangan-tantangan. Hal tersebut termasuk akses ke daerah terpencil, tingkat ketinggian air, gelombang panas dan kelembaban, tidak adanya alat bantu navigasi alami karena medan yang datar dan pendeknya jarak pandang, tidak stabilnya pijakan karena akar yang terbuka, dan banyaknya serangga dan satwa liat yang berpotensi membahayakan.

Lalu, terdapat fakta bahwa kami masih belajar mengenai jalur-jalur suksesi ekosistem hutan gambut. Misalnya, jika titik awal pemulihan dan restorasi adalah lahan gambut yang telah dikeringkan, dibakar, dipadatkan, dan dikonversi kepada spesies yang dikenalkan, saat ini hanya sedikit prosedur atau jadwal yang terdokumentasi untuk menerapkan aktivitas pengelolaan yang bertujuan mengembalikan situs tersebut ke komposisi spesies awal, stoking atau distribusi  ukuran pohon-pohon dan tumbuhan-tumbuhan.

Sejumlah tantangan tersebut meliputi: mengembalikan ketinggian permukaan air, mengendalikan keberadaan spesies yang dikenal, mendapatkan kualitas dan kuantitas yang cocok untuk menanam bibit dan/atau sumber benih alami, waktu dan kepadatan penanaman yang tepat, dan pengaruh siklus kekeringan dan banjir. Ini lah mengapa restorasi bentang alam hutan memerlukan keterlibatan dan dukungan multipihak, dan agar masukan-masukan ilmiah dapat diterima dan dipahami.

Pada akhirnya, terdapat bahaya dari gangguan-gangguan yang terus berulang dari pembalakan atau kebakaran yang dapat menghilangkan bertahun-tahun penanaman atau restorasi dan pertumbuhan pohon setiap harinya.

Apa pencapaian yang paling menonjol sejauh ini?

Sejak RER didirikan pada tahun 2013, kami telah mengembangkan sejumlah sistem perlindungan hutan dan kebakaran, termasuk bekerja untuk meningkatkan kepercayaan dan kerja sama dengan nelayan lokal untuk terus memasukkan sungai-sungai ke dalam area RER.

Sejak tahun 2015, kami senang untuk melaporkan bahwa sejauh ini tidak ditemukan penebangan liar, kebakaran atau pembalakan hutan di area RER. Ini merupakan salah satu dari ‘periode istirahat’ panjang yang pernah dialami area RER sejak tahun 2013 dan sangat meningkatkan kemampuan hutan dan satwa liar untuk pulih secara alamiah.

Bagaimana Anda dapat mencapai hal tersebut?

RER secara total memiliki 64 karyawan dan lebih dari 100 penjaga hutan kontrak dan staf yang bekerja untuk melindungi dan merestorasi hutan setiap hari.

Lebih dari 80% tenaga kerja RER berasal dari dua kabupaten di Riau di mana RER berada, Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Hal ini menunjukkan komitmen masyarakat lokal untuk merestorasi ekosistem dan membantu RER membangun kepercayaan dan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan para pengguna hutan.

Kami fokus pada upaya-upaya perlindungan hutan kami pada titik-titik akses utama ke hutan dan tetap berhubungan secara terus menerus dengan para pengguna hutan untuk menentukan dan menerapkan aktivitas-aktivitas yang diperbolehkan secara legal untuk dilakukan di dalam hutan.

Para rangers RER

RER menyeimbangkan restorasi tumbuhan dan hewan – yang mana yang paling penting? Bagaimana Anda menyeimbangkan masing-masing kebutuhannya?

Restorasi tumbuhan merupakan yang paling penting, artinya, sebuah habitat yang tepat harus tersedia untuk sebuah spesies hewan agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak.

Kapankah sebuah hutan dapat dianggap telah ‘terestorasi’?

Hal tersebut merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Cara lain untuk menganggap kondisi ini sebagai restorasi dengan ‘pemulihan’ yakni di mana nilai-nilai tertentu telah dikembalikan atau dipulihkan ke area hutan dan yang mana memenuhi kebutuhan manusia. Hal itu lah yang ingin kita capai.

Pembibitan pohon spesies lokal di RER untuk ditanam di area-area restorasi.

Apa momen yang paling berkesan sejak bekerja untuk RER?

Terdapat banyak momen yang berkesan –  tim yang sungguh-sungguh berdedikasi dan berkeinginan kuat untuk melindungi dan merestorasi hutan gambut.

Salah satu peristiwa paling berkesan dan tidak terduga adalah ketika mendengar dari Petugas Lingkungan dan Penjaga Hutan RER  bahwa ada buaya air asin di Sungai Serkap di dalam area RER.

Kami telah mendengar rumor tersebut dari nelayan lokal, namun kami belum mempercayainya sampai kami memasang kamera tangkap dekat sungai sehingga kami dapat mendokumentasikan bahwa makhluk berukuran empat meter ini benar-benar ada. Jelas, staf kami tidak ada lagi yang mau berenang di sungai!

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Restorasi Eksostem Riau, silahkan kunjungi: www.rekoforest.org


Sebelumnya
Berikutnya

Arsip