Sejumlah Desa di Riau Meraih Penghargaan atas Tercapainya Bentang Alam Bebas Karhutla
Program Desa Bebas Api (FFVP) APRIL berdampak pada kehidupan masyarakat di Provinsi Riau setelah mendapatkan bantuan pengadaan fasilitas umum melalui inisiatif program “Penghargaan Untuk Tidak Membakar.” Masyarakat menikmati fasilitas berupa tempat ibadah, pasar-pasar, hingga fasilitas olahraga atas keberhasilannya melindungi bentang alam dari karhutla.
Manajer Pencegahan Kebakaran APRIL, Sailal Arimi, berperan penting dalam mendorong kesuksesan FFVP dan kini ia berbagi pengalaman terkait mengapa dan bagaimana “Penghargaan Untuk Tidak Membakar” berjalan efektif.
Mengapa inisiatif “Penghargaan Untuk Tidak Membakar” penting terhadap suksesnya peluncuran Program Desa Bebas Api?
SA: Ketika kami meluncurkan FFVP, kami mencoba untuk mengubah praktik-praktik tradisi yang turun temurun di mana hal ini sulit diterima oleh beberapa kalangan masyarakat. Merupakan hal yang penting bagi kami untuk menjelaskan mengapa membakar merupakan permasalahan dan, saya pikir, kami membutuhkan sebuah insentif yang akan memberikan penghargaan yang dapat menghasilkan dampak secara langsung. Hal ini juga penting bagi para kepala desa dan kru pemimpin untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat.
Dalam bentuk apa penghargaan tersebut diberikan?
SA: Masyarakat menerima penghargaan secara penuh atau sebagian didasari oleh catatan atas keberhasilan mereka dalam menjaga wilayahnya agar bebas karhutla dalam setahun. Penilaiannya dilakukan oleh sekelompok juri independen yang terdiri dari sejumlah pejabat pemerintahan dan LSM. Penghargaan-penghargaan ini diberikan dalam bentuk hibah proyek infrastruktur untuk kepentingan masyarakat. Proyek-proyek tersebut juga ditinjau dan disetujui oleh tim juri. Kami tidak memberikan hadiah dalam bentuk uang tunai, namun nilai dari hibah infrastruktur yang kami berikan mendekati USD100,000 untuk 14 desa pada tahun 2016.
Jenis infrastruktur apa saja yang telah di bangun di desa-desa melalui hibah penghargaan ini?
SA: Jenis infrastruktur tersebut cukup beragam disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing desa. Di sembilan desa, sejumlah masjid telah direnovasi atau telah memiliki fasilitas tambahan. Beberapa desa telah membangun sejumlah lapangan sepak bola, basket, dan lapangan voli baru. Di desa-desa lainnya, sejumlah pasar telah diperbaharui. Terdapat pula sejumlah perbaikan jalan. Jadi, penghargaan ini telah berkontribusi pada sejumlah ruang lingkup infrastruktur yang membantu aktivitas masyarakat secara luas.
Apa reaksi dari masyarakat setempat perihal bantuan ini?
SA: Secara umum, masyarakat setempat mengungkapkan rasa senangnya kepada saya dan betapa pahamnya mereka mengenai upaya dan perubahan perilaku yang setimpal dengan kesejahteraan jangka panjang yang diterimanya. Tentu, mereka juga senang dengan penghargaan spesifik di sejumlah proyek. Di Kuala Panduk, contohnya, fasilitas-fasilitas masjid baru berarti masyarakat setempat dapat membersihkan badan sebelum ibadah pagi hari tanpa harus turun menyebrangi sungai. Pemimpin kru pada desa-desa juga mengatakan bahwa masyarakat menikmati jalan-jalan yang telah diperbaiki untuk berangkat sekolah dan sejumlah fasilitas baru di pusat arena olahraga.
Di Teluk Meranti, kepala desa dan pemimpin kru mengatakan seluruh masyarakat sangat senang dengan perbaikan pada saluran air dan pengaspalan jalan yang kini menjadikan jalan tidak lagi berlumpur ketika musim hujan.
Bagaimana Anda akan menilai kesuksesan dari Program Pengharaan tersebut sejauh ini?
SA: Sejak FFVP pada tahun 2016, 14 desa dari 18 yang berpartisipasi telah menerima pengharaan ini. Saya pikir hal ini menunjukkan bahwa masyarakat paham atas pentingnya upaya pencegahan kebakaran. Pemahaman ini juga disadari di kalangan masyarakat yang tidak berhasil meraih pengharaan Desa Bebas Api. Hal yang paling penting, adalah masyarakat benar-benar paham bahwa membakar adalah tindakan yang buruk dan kini mulai terjadi pergeseran mengenai cara pandang tersebut.
Tentu, kemungkinan mendapat penghargaan berkontribusi besar terhadap dukungan FFVP sejak awal. Ke depannya, saya pikir dengan melihat dan menggunakan infrastruktur dari penghargaan yang mereka terima setiap harinya akan menjadi pengingat penting bagi masyarakat mengenai pentingnya upaya pencegahan kebakaran.
Apakah terdapat desa yang gagal dalam mendapatkan Penghargaan ini? Jika ya, mengapa?
SA: Ya, sejak Program Desa Bebas Api dimulai terdapat beberapa desa yang tidak menerima satu penghargaan pun dalam dua tahun sejak program ini berjalan. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh beberapa individu yang masih mempercayai bahwa membakar adalah cara terbaik untuk membuka lahan. Tindakan ini pun mengecewakaan bagi kami dan juga bagi masyarakat secara luas. Mereka menjadi bagian dari program Masyarakat Tangguh Api (Fire Resilient Communities) sehingga akan terus mendapatkan penyuluhan dan dukungan lainnya untuk mendorong terwujudnya kondisi bentang alam yang bebas api. Saya pikir sebagian besar orang dalam kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi pada program ini memahami bahaya dari kebakaran. Saya percaya bahwa dalam jangka panjang mereka akan memainkan perannya dalam upaya mencegah terjadinya kebakaran.
Secara pribadi, bagaimana perasaan Anda mengenai keterlibatan Anda dalam memperkenalkan dan menerapkan program Pengharaan Untuk Tidak Membakar?
SA: Saya sangat bangga dapat terlibat dalam program ini. Saya tahu bahwa kebakaran merupakan sebuah ancaman besar bagi lingkungan dan mengancam keberlangsungan hidup dan kesehatan jutaan orang, termasuk anak-anak di Indonesia dan di wilayah lainnya. Saya juga melihat dampak langsung pada masyarakat setempat dan hal ini sangat menyenangkan melihat orang-orang di desa menikmati penghargaan mereka dan bagaimana mereka meningkatkan kualitas hidupnya.
Apakah terdapat ada kekhawatiran bila penghargaan dihentikan maka desa-desa akan kembali melakukan praktik-praktik pembakaran lahan?
SA: Tidak. Masyarakat paham bahwa upaya pencegahan kebakaran telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan dan berdampak baik pada kesehatan anak-anaknya. Penghargaan-penghargaan tersebut pada tahap awal menggugah masyarakat untuk mendengarkan apa yang hendak kami sampaikan. Namun kini mereka sepenuhnya paham mengenai betapa pentingnya untuk tidak membakar. Bahkan kebanyakan dari anak-anak mereka belajar mengenai hal ini melalui program-program edukasi kami yang menargetkan sekolah-sekolah. Jadi, kami pikir kami akan terus melangkah maju untuk dalam mewujudkan masa depan yang bebas karhutla.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program Desa Bebas Api, silahkan baca Ulasan Carbon Conservation 2016.