Berpartisipasi di International Peat Congress 2016


15th International Peat Congress (IPC) di Kuching, Sarawak, Malaysia minggu ini. Kami juga ingin memberi perhatian pada posting sebelumnya terkait pengelolaan gambut secara bertanggung jawab sambil memberi preview pada kontribusi kami di kongres tahun ini.

Tim kami akan memberikan beberapa presentasi, membahas berbagai topik terkait dengan pengelolaan lahan gambut, dari upaya restorasi, konservasi, metode hidrologi dan pencegahan kebakaran. Semua ini didasarkan pada riset yang terus berlangsung dan praktik terbaik di lapangan dalam upaya yang terus berlangsung untuk memperkuat kaitan antara ilmu pengetahuan, kebijakan dan penerapan.

Kami akan berbagi hasil dari analisa kami terkait pengembangan gambut pada skala besar di bentang alam dengan berbagai pemangku kepentingan, yang berlandaskan pengalaman lapangan dan riset kami. Analisa ini memperhatikan skenario produksi dan konservasi terkelola dan mengikut sertakan studi kasus semenanjung Kampar, daerah dimana terdapat kubah gambut besar dan dimana 48% dari bentang alam terlindungi dalam jangka waktu pendek dan menengah. Sekitar 27% dari bentang alam dimanfaatkan untuk tanaman industri.

Sekitar 50% dari 480.000 Ha hutan tanaman APRIL berada pada lahan gambut. Perusahaan ini mengkonservasi dan merestorasi total 400.000 Ha, termasuk 130.000 Ha di Semenanjung Kampar yang menjadi bagian dari Restorasi Ekosistem Riau.

Studi kasus menunjukkan bahwa terdapat berbagai variasi subsidensi pada hamparan lahan gambut terkait dengan waktu dan ruang, posisi pada bentang alam, topografi, iklim, tipe gambut, metode pengaturan air, penggunaan serta manajemen lahan, semua memberi dampak. Dengan demikian, hasil riset mengatakan bahwa tidak ada level subsidensi tunggal yang berlaku diseluruh bentang alam; walaupun kemungkinan bisa terdapat prakiraan.

Analisa ini memberikan pandangan berbeda, dimana kubah gambut yang dikelola dalam bentang alam berpotensi untuk menghasilkan hasil konservasi yang lebih baik serta penurunan emisi dibandingkan dengan skenario pembangunan lainnya.

Pada kongres ini, pandangan ini akan berkontribusi pada diskusi terkait alternatif pada skenario yang ada.

Untuk diketahui juga bahwa pendekatan APRIL pada hidrologi gambut terlah berkembang dan telah diterapkan selama lebih dari 2 dekade, berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan secara detil dan terfokus, dengan pengelolaan air yang bervariasi tergantung dari kondisi lapangan. Salah satu aspek dari pengelolaan air APRIL Group adalah untuk mengatur aliran air sesuai dengan kondisi musim panas dan hujan, dengan “zona penyangga”.

APRIL pertama kali menerapkan konsep Zona Penyangga pada tahun 2007. IUCN mendefinisikan zona penyangga sebagai “batasan yang diterapkan untuk memperkuat nilai konservasi dari daerah yang berdekatan”. Model yang digunakan APRIL Group dirancang dan di terapkan untuk mengurangi dampak pada hutan gambut inti.

Rancangan dan implementasi ini didasarkan pada saran dan hasil dari Science Based Management Support Project (SBMSP: 2006 – 2010) yang diberikan oleh konsorsium spesialis internasional yang dipimpin oleh Deltares disertai dengan rekomendasi lebih spesifik dari Tropenbos (2010) Kampar High Conservation Forest Assessment Report, yang berlandaskan pada temuan SBMSP dikawasan.

Definisi APRIL Group untuk penyangga hidrologi gambut adalah daerah dimana tidak terdapat penurunan muka air secara sengaja, yang dirancang untuk menyanga kawasan dataran tinggi konservasi dari dampak penurunan muka air dari hutan tanaman. Lebih lanjut, penyangga hidro mesti menahan air tanah pada daerah konservasi sebanyak 50cm lebih tinggi dibanding pada hutan tanaman yang terletak berdampingan.

Group APRIL secara sukarela menerapkan serangkaian opsi zona penyangga berdasarkan temuan SBMSP, dengan struktur manajemen fleksibel sejalan dengan aturan yang ada. Rancangan final adalah suatu kombinasi dari pertimbangan topografi dan operasional sejalan dengan definisi penyangga hidro. Kami terus memperbaiki berdasarkan rekomendasi dan monitoring ekstensif, penyesuaian dan sistem pelaporan.

Sejak implementasi, monitoring menunjukkan bahwa zona penyangga efektif dalam mengurangi dampak pada hutan gambut penting yang dilindungi dikarenakan tingginya muka air.

Poin penting disini adalah tidak ada satu model yang dapat diterapkan pada segala kondisi. Strategi pengaturan air dan hutan tanaman penyangga didesign secara khusus dengan mempertimbangkan kondisi bentang alam, disertai masukan para pakar, termasuk penilaian High Consrvation Value assessments.

Perihal ini penting dan merupakan pekerjaan yang terus berlanjut serta dapat memetik manfaat dari diskusi dan debat di kongres minggu ini. Juga menjadi fokus penting dalam pekerjaan kami sambil kami terus menerapkan input riset untuk menyesuaikan model dan skenario dan utamanya untuk berpartisipasi dalam tujuan pengelolaan gambut bertanggung jawab pada bentang alam yang kompleks dan terdiri dari berbagai pemangku kepentingan.


Sebelumnya
Berikutnya

Arsip